21 March 2017

Logan (2017)

His Time Has Come

Wolverine sudah diberikan dua kesempatan tampil di layar lebar secara mandiri, terpisah dari gang X-Men (spin off). Secara pendapatan, it's OK. Tetapi secara kualitas, tidak banyak yang memuji, kecuali penggemar beratnya. Bagaimanapun, dollar tetap sanggup mengesampingkan kritik. Seakan melengkapi jumlah cakar adamantiumnya, film ketiga untuk healing man ini dibuat. Logan.

Di tahun 2029, James 'Logan' Howlett (Hugh Jackman) sudah merasakan tua. Keriputnya Logan dibarengi dengan melambatnya kekuatan mutan yang dimilikinya. Kini, Logan adalah sopir limo sewaan. Dari mobil Chrysler itulah Logan menyambung hidupnya. Ternyata ia juga harus mengurus Charles Xavier a.k.a Professor X (Patrick Stewart) yang sudah menua dan tak bisa mengendalikan kekuatannya.

Hidup Logan mulai berkecamuk lagi saat seorang anak bernama Laura (Dafne Keen) hadir di hadapannya. Tak hanya membahayakan dirinya, kasus yang dibawa Laura juga mengancam keselamatan Prof. X. Si profesor bersikukuh bahwa Laura harus diselamatkan karena Logan mempunyai hubungan dengannya.

Bila dua prekuel Wolverine menampilkan banyak mutan dengan segala kekuatannya, maka Logan tidak. Masa depan distopia yang diciptakan James Mangold meniadakan itu karena kaum mutan sudah langka. Kalaupun ada, para mutan selalu berusaha menyembunyikan diri dan identitasnya dari keramaian. Praktis hanya ada tiga mutan di sini. Sementara yang lain bukanlah mutan murni. 
The Old Prof. X

Salah satu kekuatan Logan adalah pada karakter yang dibangun Mangold. Karakter yang dibangun Mangold sungguh kuat. Kita bisa tahu mengapa Logan dan Prof. X menjadi seperti itu. Apa yang terjadi sebelumnya juga bisa disimak dari penuturan Prof. X. Bukannya tak peduli, tetapi Logan ingin kehidupan yang normal dan tak ingin berkonflik lagi. Namun profesor tahu bahwa serigala tak bisa hidup di zona aman.

Maka ia melepaskan begitu saja kemungkinan-kemungkinan yang sudah ia baca di dalam otaknya. Ia melibatkan Logan ke dalam suatu proses yang akan membawa kehidupan mutan menjadi lebih baik lagi. Karakter Logan dan Prof. X saling bertentangan, tetapi ada penghormatan di dalamnya. Karakter itu semakin klop dengan gestur kehangatan yang ditunjukkan Logan terhadap profesor.

Chemistry antara Logan dan profesor sangat terjaga. Begitu juga chemistry antara Logan dan Laura. Mereka tidak hanya tua, dewasa, dan remaja. Tetapi lebih dari itu, mereka adalah kehangatan yang tercipta dari kekerasan pikiran dan fisik. Alur lembat yang berpengaruh terhadap durasi sengaja diciptakan Mangold untuk membuat relasi itu lebih intim

Mangold membuat Logan menjadi sajian yang membumi. Tak ada CGI berlebih maupun kostum apapun namanya di sini. Ke-humble-an ini ditunjang dengan penampilan pelakonnya yang nyaris sempurna. Logan memang terlihat tua, namun semangat dan kebuasannya tetap tampak di dalam kerapuhannya. Dan itu mampu ditampilkan Jackman dengan sempurna, termasuk janggut dan cambang yang menghiasi wajahnya.
X-23

Stewart juga memainkan perannya dengan apik sebagai mutan 90 tahun yang mulai rapuh, yang otaknya sudah tergerogoti dengan usia pula. Penampilan apik berikutnya adalah milik Dafne Keen. Siapa sangka bocah 10 tahun itu bisa melakukan aksi sedemikian hebatnya.

Logan, penghormatan (mungkin) yang terakhir dari Hugh Jackman. Seperti universenya yang tak bisa ditebak, the next Logan maybe still him, or not. Who knows? Tak perlu disangsikan, ini persembahan terbaik dari Jackman. 

No comments:

Post a Comment