Showing posts with label Horror. Show all posts
Showing posts with label Horror. Show all posts

04 November 2015

Crimson Peak (2015)

Beware

Bicara tentang karakter makhluk aneh dan unik, sudah semestinya kita berbicara juga tentang Guillermo del Toro. Del Toro adalah salah satu master pencipta makhlus tidak jelas itu. Del Toro selalu mempunyai keunikan yang tercermin dalam setiap karyanya, entah itu aneh, unik, jelek, menjijikan, bahkan megah. Pun untuk setiap proyek dengan subjek makhluk yang jelas, del Toro melakukannya jauh lebih baik. Pengalaman detil karakter yang aneh pada makhluk tidak jelasnya ia aplikasikan lebih teliti sehingga subjek yang sudah jelas itu terlihat lebih hidup dan mendetail. Hell Boy dan robot Pacific Rim adalah contohnya.

Praktis hanya Pan's Labyrinth, film terakhir yang mutlak ia kendalikan untuk tema makhluk aneh. Di film yang diberi judul El Laberinto del Fauno itu, del Toro dengan leluasa memasukkan semua fantasi makhluk anehnya. Selebihnya ia mengendalikan film dengan subjek jelas (Blade II, Hell Boy, dan Pacific Rim). Dan selebihnya lagi, ia hanya duduk di kursi produser, yang meski tak mutlak mempunyai hak mencampuri dapur sutradara, tetapi rasa del Toro masih terasa dan bisa dinikmati (Don't be Afraid of the Dark, Mama, dan The Book of Life). Di Crimson Peak, kita akan disuguhi sajian rasa aneh del Toro.

27 October 2015

Hidden (2015)

Fear will find you

Kebersamaan adalah sesuatu yang mutlak yang harus dijalani sebuah keluarga. Terlebih bila ada sesuatu yang bisa menghancurkan atau memisahkan keluarga tersebut. Dari kebersamaan tumbuhlah kebahagiaan dari masing-masing individu. Kebahagiaan itulah yang menjadi dasar untuk selalu kuat, saling mendukung, dan menghindarkan diri dari kata berpisah.

Bagi Ray (Alexander Skarsgard), bahagia adalah tetap berkumpul dengan keluarganya, dengan istrinya, Claire (Andrea Riseborough) dan anak perempuan semata wayangnya, Zoe (Emily Alyn Lind). Ray sangat serius dengan perkataannya karena hidup mereka jauh dari kata berkecukupan. Mereka tinggal di bunker yang tentu saja sempit, pengap, lembab, dan dengan penerangan seadanya. Mereka masih dan tetap bahagia, hingga saat Zoe mulai berceloteh bahwa hidup mereka ada di ambang bahaya.

20 October 2015

Pay The Ghost (2015)



Nicolas Cage pernah menjadi aktor besar di awal tahun '90 an dan di awal tahun 2000 an. Pencapaian tertingginya adalah saat dia menyabet Oscar untuk best actor in a leading role di Leaving Las Vegas (1996). Pernah dinominasikan untuk kategori yang sama untuk Adaptation (20013), namun dia gagal. Pada masa jayanya, film nya adalah jaminan kualitas meski tak semuanya selalu membawa dollar lebih banyak. Tetapi kehidupan ibarat seperti roda yang berputar, kadang di atas dan kadang juga di bawah. Begitu pun juga karir keponakan Francis Ford Coppola ini. Kini roda kehidupan Cage sedang ada di bawah. Orang sudah melupakan kebintangannya. Kecuali Joe, Cage dalam lima tahun terakhir ini hanya bermain di film yang remeh-temeh.

Mike Lawford (Nicolas Cage) adalah seorang dosen. Hidup Mike sangat bahagia dengan istrinya, Kristen (Sarah Wayne Callies) dan anak semata wayangnya, Charlie (Jack Fulton). Di Malam Halloween, Mike dan Charlie pergi ke suatu festival Hallowen. Dan di sana lah masalah bermula. Charlie hilang tanpa Mike tahu siapa yang menculiknya. Sebelum hilang, Charlie sempat berkata pelan "Pay the ghost". Sesuatu yang Mike awalnya tak sadari. Namun dengan petunjuk itu, Mike yang kerap dibayangi penampakan Charlie, terus mencari keberadaannya. Mike yakin, anaknya masih hidup.

22 August 2015

Demonic (2015)



Meski sudah mulai merambah ke action, namun nama James Wan masih dan masih sangat lekat dengan genre horror yang membesarkan namanya. Dan dengan provokatifnya, Demonic mempromosikan dirinya dengan kalimat 'James Wan presents...', berharap ada yang berhenti sebentar, melirik, dan menontonnya. Padahal di sini, Wan hanya duduk nikmat di kursi produser. Tetapi bakal jelas akan ada perbedaan besar di horor ini jika Wan tidak ada di kursi nikmatnya itu.

Detektif Mark Lewis (Frank Grillo) tiba-tiba mendapat panggilan. Seseorang melapor karena mendengar suara berisik yang datang dari sebuah rumah kosong di La Forte, Louisiana. Rumah itu adalah rumah di mana 20 tahun lalu terjadi pembunuhan dengan korban tewas lima orang. Seorang perempuan bernama Martha Livingston diyakini telah membunuh keempat temannya, kemudian dia mengakhiri hidupnya dengan gantung diri. Setelah masuk rumah, Lewis mendapati tiga pemuda tewas dan satu selamat.

02 August 2015

It Follows (2014)

It doesn't think. It doesn't feel. It doesn't give up

Masih ingat betul saat salah satu guru saya pernah berujar bahwa minum soft drink untuk pertama kalinya sangatlah terasa segar. Kedua kali masih segar, ketiga kali cukup segar, keempat kali mulai bosan, kelima kali bosan, dan keenam kali memuakkan, dan seterusnya. Mungkin itu pula yang mendasari kesuksesan The Babadook yang banyak orang bilang merupakan horor terbaik tahun lalu. Trus, yang mana soft drink di dalam horor dan apa hubungannya.

Samakan saja soft drink dengan jump scare. Dan anda akan menemukan bahwa minim sekali soft drink di The Babadook. Dan It Follows pun sukses mendapat kritik bagus karena level meter jump scarenya yang rendah. Tahu sendiri donk kalau horor main stream yang beredar saat ini adalah yang mengandalkan jump scare baik yang berkualitas maupun murahan. Horor indie ini sukses memuaskan dahaga pecinta horor sejak pertama kali ditayangkan di Cannes tahun lalu dan premiere di awal tahun 2015.

26 June 2014

Oculus (2013)

You see what it wants you to see

Sepertinya tidak bakal ada sajian horor yang fenomenal sepanjang  tahun 2014, setidaknya hingga akhir Juni ini. Paranormal Activity: The Marked Ones dan Devil's Due yang disajikan awal tahun kemarin pun tak mampu memenuhi ekspektasi penggila horor. Gaya yang sama serta waktu perilisan yang berdekatan membuat kedua mockumentary itu hancur lebur di tengah kritikan yang menghujam. Bandingkan dengan tahun lalu yang hanya dari dua film saja, genre horror terangkat. Kedua karya James Wan, The Conjuring dan Insidious: Chapter 2 dianggap telah mengcreepy kan keseluruhan tahun 2013. Namun sebelum tengah tahun di tahun 2014 ini, Oculus pun menyeruak.

Tim Russell (Brenton Thwaites) baru saja pulang dari rumah sakit jiwa yang merawatnya. Di luar pintu rumah sakit, sudah menyambut kakaknya, Kaylie Russell (Karen Gillan). Mereka pun pulang ke rumah Kaylie. Beberapa hari kemudian, Kaylie menciptakan sebuah set di dalam ruangan dengan fokus utama pada sebuah cermin. Ya, cermin itulah yang membuat akal pikiran Tim menjadi kurang waras.

31 December 2013

Insidious: Chapter 2 (2013)



Insidious adalah salah satu fenomena di genre horor. Dengan bujet kecil, tidak diperhitungkan, dan minim aktor kelas A, Insidious berhasil masuk dunia astral dan kembali ke dunia nyata dengan hasil box office, kritik positif, dan artisnya mulai dan kembali mendapat nama. Saya sendiri tak sengaja menonton Insidous. Tanpa ada rekomenasi dari siapapun, saya lepas aja menonton Ty Simpkins menjelajahi dunia arwah. Dan ternyata itu mengasyikkan. Keasyikan ini rupanya juga menghinggapi sang produser Jason Blum untuk meneruskannya menjadi sekuel. Masih dipercayakan kepada James Wan, Chapter 2 pun jadilah.

Meneruskan kisah terakhir di Insidious, Elise Rainier (Lin Shaye), sang paranormal, tewas dengan bekas cekikan di lehernya usai menuntun Josh lambert (Patrick Wilson) dan Dalton Lambert (Ty Simpkins). Pelaku diduga adalah Josh, namun polisi tak bisa membuktikan. Sembari menunggu terbukanya segel yang dipasang polisi di rumahnya, Josh mengajak keluarganya tinggal di rumah ibunya, Lorraine Lambert (Barbara Hershey). Namun teror yang menghantui keluarga Lambert tetap tak berhenti.

13 August 2013

The Conjuring (2013)



Masih segar di ingatan betapa eksotisnya (baca seram) insidous di tahun 2010 lalu. Bukan pada makhluk seram di dalamnya, namun lebih kepada sisi psikologis saya yang dicampur aduk di dalam balutan pekatnya kegelapan dunia arwah. Saking seramnya, Insidous bahkan dibuat sebagai perbandingan untuk film horor lain. Jika sebuah film horor terbaru keluar di bioskop, maka yang terucap pertama kali adalah "sereman mana ama Insidous?". Begitulah James Wan secara luar biasa menjadikan Insidious sebagai sebuah standar perbandingan tak resmi bagi film horor. Namun sutradara kelahiran Malaysia itu tak berhenti di Insidious. Dia mencoba membesut genre horor lagi melalui The Conjuring. Sereman mana The Conjuring ama Insidous?

Keluarga Perron pindah ke sebuah rumah tua dengan halaman luas di Harrisville, Rhode Island. Roger (Ron Livingston) dan Carolyn (Lili Taylor) Perron optimis rumah itu akan membawa kebahagiaan. Kelima anak perempuan mereka juga berpikir demikian. Andrea (Shanley Caswell), Nancy (Hayley McFarland), Christine (Joey King), Cindy (Mackenzie Foy), dan April (Kyla Deaver) sangat menikmati tinggal di rumah tersebut. Namun harapan mereka sirna saat berbagai gangguan yang tak jelas asalnya mendera, terutama di malam hari.

08 June 2013

Sinister (2012)

Once you see him, nothing can save you

Menyenangkan bagi film horor adalah menyeramkan. Dan kadar Sinister adalah menyenangkan untuk ditonton. Meski berpremis biasa, tetapi step demi step kengerian yang dibangun mampu membuat atmosfer hawa dan udara menjadi tegang dan seram. So, watch out for your eyes, ear, and your volume.

Seorang penulis cerita kriminal nyata Ellison Oswalt (Ethan Hawke) pindah ke rumah barunya. Bersama istrinya, Tracy (Juliet Rylance) dan dua anaknya, Trevor (Michael Hall D'addario) dan Ashley (Clare Foley), Elliot mulai membongkar dan menata rumah baru mereka. Saat menyusuri ruangan rumah, Ellison menemukan sebuah kotak berisi proyektor dan 5 film berdiameter 8 mm (super 8). Film-film itu berlabel Pool Party '66, BBQ '79, Lawn Work '86, Sleepy Time '98, dan Family Hanging Out '11.

24 May 2013

Mama (2013)

A Mother's Love is Forever

Kasih sayang serta ketulusan cinta ibu anak memang tak mengenal batas. Meski berbeda dan menembus ruang dimensi, hubungan itu seakan tak lekang zaman. Rasa cinta plus ego yang begitu kuat seakan mengabaikan nasib dan takdir yang sudah digariskan. Terjadilah apa yang harus terjadi.

Runtuhnya bursa saham membuat Jeffrey Desange (Nikolaj Coster-Waldau) depresi. Dia menembak dua orang rekan kerjanya. Jeffrey lantas menembak istrinya sebelum membawa lari Victoria (Morgan McGarry) dan Lily Desange (Maya/Sierra Dawe), dua anaknya yang masih berusia 3 dan 1 tahun. Dalam perjalanannya, mobil yang ditumpangi Jeffrey mengalami kecelakaan dan masuk jurang.

28 September 2012

Dream House (2011)

Once upon a time, there were two little girls who lived in a house

Awalnya menarik dengan twist di tengah cerita. Tetapi setelah twist yang mengejutkan itu, semuanya berubah menjadi predictable. jadinya nggak seru lagi. Tapi Rachel Weisz masih tetap cantik di film ini.

27 September 2012

Se7en Below (2012)

Evil Has Found A New Home

Saya sepertinya khilaf saat menonton film horor ini. Awalnya, SB sepertinya menjanjikan dengan adegan pembunuhan satu demi satu anggota keluarga oleh anak lelaki adopsi keluarga itu. Adegan lalu melompat ke masa seratus tahun setelah kejadian itu. 5 orang yang tak saling kenal tiba-tiba diisolasi oleh badai ke rumah pembantaian itu. Dari situ seharusnya saya sadar kalo SB sudah mulai mengkhilafkan pikiran. Tapi saya terus saja menonton dengan prasangka yang bukan-bukan. Adegan selanjutnya cukup seram juga tetapi aneh. Seharusnya nggak begitu kok bisa jadi begitu (saya sudah mulai gelisah). Dan benar juga, yang ada sumpah serapah pada akhir cerita. Kok bisa ending ceritanya seperti itu. Gak nyambung blas. Apaan itu agent of destiny. Sudah ah, saya sudahi review film gak bermutu ini.

25 September 2012

Livid (2011)



Ini adalah horor yang sudah lama saya tunggu. Semenjak  baca trailernya, sungguh tertarik dan antusias mau donlot film Prancis ini. Tapi apa daya, saat itu harus puas baca sinopsisnya yang super  seram itu namun link donlotnya masih di awang-awang. Seolah terlupakan, tiba-tiba otak ini teringat lagi. Searching lagi, dan  akhirnya nemu link nya dengan susah payah di tengah banyaknya link  yang didelete.

Cukup puas lihatnya. Horor yang ditampilkan saya pikir sungguh lembut  kalau tidak boleh disebut seram. Misteri-misteri yang awalnya disembuyikan akhirnya perlahan-lahan terkuak. ‘Hantu’ yang ditampilkan  di film sepanjang 88 menit ini termasuk seram. Kalau lihat film horor, saya ini penakut, makanya semua hantu saya bilang seram. Tapi di dunia  sebenarnya saya termasuk berani. Mending ketemu makhluk halus ketimbang ketemu makhluk kasar.

Sayangnya, ending pada Livid bisa dibilang absurd. Sepertinya  endingnya anti klimaks. Mungkin penonton akan bingung dan mengernyitkan dahi saat melihat ending yang tidak jelas itu. Tidak  usah lah bingung, nikmati saja keseraman penari balet tersebut.

Silent House (2011)

Experience 88 minutes of real fear captured in real time

Remake dari La Casa Muda yang jika diterjemahkan ke bahasa Inggris artinya memanglah Silent House. Karena remake, maka 90 % idenya meniru mentah-mentah film aslinya termasuk dishoot real time itu. Dan karena remake pula, like or dislike kita harus membandingkan film ini dengan film aslinya.

The Cabin In The Woods (2012)

You Think You Know the Story, Think Again

Menyesal juga sempat melihat trailer film ini. Jadinya ilfil saat lihat filmnya. Bercerita tentang 5 mahasiswa yang plesir ke sebuah kabin tua di tengah hutan. Sesampai di sana mereka mendapat kejutan yang melebihi ekspektasi hingga merenggut satu persatu nyawa. Saya suka film horor, tetapi horor yang murni. Jikapun tidak murni, berilah saya twist yang menjelaskan ketidakmurnian itu. Dan The Cabin In The Woods bukanlah termasuk yang murni itu. Sejak awal, saya tahu jika ini bukan horor.

24 September 2012

La Casa Muda (2012)

Real Fear In Real Time

Hanya membutuhkan 3 pemain dan 4 hari syuting, La Casa Muda unjuk gigi. Dengan embel-embel dishoot secara real time tanpa terputus (78 menit dari 86 menit adegannya dishoot real time tanpa cut), La Casa Muda berani menampilkan pakem horor yang tidak biasanya. Di sini kita seakan menjadi teman di samping seorang Laura (Florencia Colucci) yang menelusuri gelapnya rumah yang seharusnya ia dan ayahnya harus perbaiki.